Kamis, 20 April 2017

IDENTIFIKASI BAHAN PAKAN LIMBAH MINYAK GORENG

1.         Organoleptik
Limbah minyak goreng berbentuk cair pada suhu kamar, limbah minyak penggorengan memiliki bau yang tengik dan rasa yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan dan  pemakaian yang berulang pada suhu panas mengakibatkan perubahan warna pada minyak pada umumnya berwarna coklat kehitaman (Aisyah et al., 2010). Pada limbah minyak goreng memiliki bentuk yang cair pada suhu kamar, berwarna coklat tua dan berbau tengik (Purnama et al ., 2014).
2.         Kandungan Nutrisi
Kandungan Nutrisi pada limbah minyak goreng ialah 1,2412 % kadar air, 3,2779 % kadar kotoran, 0,0168 mgO2/100g bilangan peroksida dan memiliki nilai bilangan asam 1,0037 (Surmarlin  et al.,2009).  Jika nilai peroksida dalam bahan pangan atau pakan lebih besar dari meq/kg akan bersifatsangat racundan tidak dapat dimakan sehingga dapat menyebabkan gangguan pada tubuh seperti penyempitan pembuluh darah, gangguan pada tenggorokan dan pemicu penyakit kanker (Aisyah et al., 2010).
3.         Klasifikasi Bahan Pakan
Limbaha minyak goreng termasuk kedalam golongan bahan pakan inkonvensional, karena limbah minyak goreng tidak tahan simpan dalam waktu jangka lama sehingga perlu diolah dengan cara tertentu sehingga dapat digunakan sebagai  bahan pakan (Sinurat, 2012) selain itu pengolahan minyak jelantah (minyak goreng bekas) dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara adsorpsi, adsorpsi dipilih karena mudah dalam pelaksanaan dan ekonomis (Rahayu dan Sari, 2014).
4.         Kandungan Antinutrisi
Kandungan anti nutrisi pada limbah minyak goreng ialah minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA) yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dan hidrolisis pada saat penggorengan. Adanya FFA dalam minyak goreng bekas dapat menyebabkan reaksi samping yaitu reaksi penyabunan (Aziz et al., 2011). Kadar FFA yang tinggi mampu memicu terjadinya reaksi saponifikasi yang akan berakibat pada penurunan kadar FAME (fatty acid methyl ester) yang dihasilkan akan mudah terjadi proses penyabunan (Rhofita, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., E. Yulianti dan A. G. Fasya. 2010. Penurunan angka peroksida dan asam lemak bebas (FFA) pada proses  bleaching minyak gorengbekas oleh karbon aktif polong buah kelor (Moringa oliefera. L) dengan aktivitas NaCl. Alchemy.  1  (2) : 53 – 103.
Aziz, I., S. Nurbayati dan B. Ulum. 2011. Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas. Valensi. 2 (2) : 384 – 388.
Purnama, P., O. Mistyanti dan R. K. N. Amin. 2014. Pemurnian minyak jelantah dengan zeolit alam: pengaruh massa zeolit dan waktu pengadukan. Jurnal Nasional Teknoogi Terapan.  14 (2) : 17 – 22.
Rahayu, L. H dan S. Purnavita. 2014. Pengaruh suhu dan waktu adsorpsi terhadap sifat kimia-fisika minyak goreng bekas hasil pemurnian menggunakan adsorben ampas pati aren dan bentonit.  10  (2) : 35 - 41.
Rhofita, E. I. 2015. Penurunan kadar free fatty acid (ffa) pada reaksi esterifikasi dalam proses produksi biodiesel : kajian waktu reaksidan temperatur reaksi. Jrnal Imu Teknik – Teknik – Sistem. 11 (1) : 39 – 44.
Sinurat, A. P. 2012. Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit untuk meningkatkan ketersediaan bahan pakan unggas nasional. Jurnal Inovasi Pertania.   5 (2) : 65 – 78.

Sumarlin, L. O., L. Mukmillah dan R. Istianah. 2009. Analisis Mutu Minyak Jelantah Hasil Peremajaan Menggunakan Tanah Diatomit Alami dan Terkalsinasi. 1 (4) : 171 – 180.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar