1. Organoleptik
Limbah minyak goreng berbentuk cair pada suhu kamar,
limbah minyak penggorengan memiliki bau yang tengik dan rasa yang tidak
dikehendaki dalam bahan pangan dan
pemakaian yang berulang pada suhu panas mengakibatkan perubahan warna
pada minyak pada umumnya berwarna coklat kehitaman (Aisyah et al., 2010). Pada limbah minyak goreng memiliki bentuk yang cair
pada suhu kamar, berwarna coklat tua dan berbau tengik (Purnama et al ., 2014).
2.
Kandungan Nutrisi
Kandungan Nutrisi pada limbah minyak goreng ialah
1,2412 % kadar air, 3,2779 % kadar kotoran, 0,0168 mgO2/100g
bilangan peroksida dan memiliki nilai bilangan asam 1,0037 (Surmarlin et
al.,2009). Jika nilai peroksida
dalam bahan pangan atau pakan lebih besar dari meq/kg akan bersifatsangat
racundan tidak dapat dimakan sehingga dapat menyebabkan gangguan pada tubuh
seperti penyempitan pembuluh darah, gangguan pada tenggorokan dan pemicu
penyakit kanker (Aisyah et al., 2010).
3.
Klasifikasi Bahan Pakan
Limbaha minyak goreng termasuk kedalam golongan
bahan pakan inkonvensional, karena limbah minyak goreng tidak tahan simpan
dalam waktu jangka lama sehingga perlu diolah dengan cara tertentu sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pakan
(Sinurat, 2012) selain itu pengolahan minyak jelantah (minyak goreng bekas)
dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara adsorpsi, adsorpsi
dipilih karena mudah dalam pelaksanaan dan ekonomis (Rahayu dan Sari, 2014).
4.
Kandungan Antinutrisi
Kandungan anti nutrisi pada limbah minyak goreng
ialah minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA) yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dan
hidrolisis pada saat penggorengan. Adanya FFA dalam minyak goreng bekas dapat
menyebabkan reaksi samping yaitu reaksi penyabunan (Aziz et al., 2011). Kadar FFA yang tinggi mampu memicu terjadinya reaksi
saponifikasi yang akan berakibat pada penurunan kadar FAME (fatty acid methyl ester) yang dihasilkan
akan mudah terjadi proses penyabunan (Rhofita, 2015).
DAFTAR
PUSTAKA
Aisyah, S., E. Yulianti dan A. G.
Fasya. 2010. Penurunan angka peroksida dan asam lemak bebas (FFA) pada proses bleaching minyak gorengbekas oleh karbon
aktif polong buah kelor (Moringa
oliefera. L) dengan aktivitas NaCl. Alchemy. 1 (2) : 53 – 103.
Aziz, I., S.
Nurbayati dan B. Ulum. 2011. Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng
Bekas. Valensi. 2 (2) : 384 – 388.
Purnama, P., O. Mistyanti dan R. K.
N. Amin. 2014. Pemurnian minyak jelantah dengan zeolit alam: pengaruh massa
zeolit dan waktu pengadukan. Jurnal Nasional Teknoogi Terapan. 14 (2) : 17 – 22.
Rahayu, L. H dan
S. Purnavita. 2014. Pengaruh suhu dan waktu adsorpsi terhadap sifat
kimia-fisika minyak goreng bekas hasil pemurnian menggunakan adsorben ampas pati
aren dan bentonit. 10 (2) : 35 - 41.
Rhofita, E. I. 2015. Penurunan
kadar free fatty acid (ffa) pada reaksi esterifikasi dalam proses produksi
biodiesel : kajian waktu reaksidan temperatur reaksi. Jrnal Imu Teknik – Teknik
– Sistem. 11 (1) : 39 – 44.
Sinurat, A. P.
2012. Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit untuk meningkatkan
ketersediaan bahan pakan unggas nasional. Jurnal Inovasi Pertania. 5 (2)
: 65 – 78.
Sumarlin, L. O., L. Mukmillah dan
R. Istianah. 2009. Analisis Mutu Minyak Jelantah Hasil Peremajaan Menggunakan
Tanah Diatomit Alami dan Terkalsinasi. 1
(4) : 171 – 180.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar